BUDIDAYA MELON
M E L O N
( Cucumis melo L.)
1. SEJARAH SINGKAT
Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili Cucurbitaceae,
banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau
daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa
dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa.
Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam
luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru
dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia.
2. JENIS TANAMAN
Jenis-jenis melon yang terkenal adalah: melon Christianism (1850); melon Sill Hybrid
(1870); melon Surprise (1876); melon Ivondequoit, Miller Cream, Netted Gem,
Hacken Sack dan Osage (1881–1890); melon Honey Rock dan Improved Perfecto
(1933); melon Imperial (1935); melon Queen of Colorado dan Honey Gold (1939).
Untuk memudahkan sistem penanaman dan pengelompokan melon, para ahli
mengklasifikasikan melon dalam dua tipe, yaitu:
1) Tipe Netted-Melon
a. Ciri-ciri: kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar seperti jala (net); aroma
relatif lebih harum dibanding dengan winter–melon; lebih cepat masak antara
75–90 hari; awet dan tahan lama untuk disimpan.
b. Varietas: (1) Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat seperti jala dan
harum; (2) Cucumis melo var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik dan
harum.
2) Tipe Winter-Melon
a. Ciri-ciri: kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak harum; buah lambat
untuk masak antara 90–120 hari; mudah rusak dan tidak tahan lama untuk
disimpan; tipe melon ini sering digunakan sebagai tanaman hias.
b. Varietas: (1) Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjang
dengan diameter 2,5–7,5 cm; (2) Cucumis melo var. flexuosus, permukaan
buah halus, buah memanjang antar 35–70 cm; (3) Cucumis melo var. dudain,
ukuran kecil-kecil, sering untuk tanaman hias; (4) Cucumis melo var. chito,
ukuran buah sebesar jeruk lemon, sering digunakan sebagai tanaman hias.
3. MANFAAT TANAMAN
Buah melon dimanfaatkan sebaga makanan buah segar dengan kandungan vitamin
C yang cukup tinggi.
4. SENTRA PENANAMAN
Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian
banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan
daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari
Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman.
Kemudian melon berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah
eks-keresidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten).
Daerah-daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan
dengan daerah asal melon pertama.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon, dapat
mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.
2) Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk
dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi
patogen. Saat tanaman melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula
dalam buah.
3) Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama
pertumbuhannya.
4) Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya.
Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30 derajat C. Tanaman melon
tidak dapat tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C.
5) Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman
melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit.
5.2. Media Tanam
1) Tanah yang baik untuk budidaya tanaman melon ialah tanah liat berpasir yang
banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman melon
berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.
2) Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH-nya 5,8–7,2.
3) Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan air yang cukup banyak. Tetapi,
sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–900 meter
dpl. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak berproduksi dengan
optimal.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman
yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan
Furadam dan Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan
benih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu
pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.
2) Penyiapan Benih
a) Pengadaan benih secara generatif
Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman
memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji
pada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam kondisi sehat maka jaringjaring
pada buah diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung
pertumbuhan generatif, tanaman disemprot dengan pupuk daun Complesal
super tonic (merah) dengan konsentrasi 2 gram/liter seminggu sekali. Untuk
mencegah kekurangan unsur kalsium dan boron maka tanaman disemprot
dengan pupuk daun Ferti-cal dengan konsentrasi 2 ml/liter atau CaB dengan
konsentrasi 2 ml/liter.
b) Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan)
Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber eksplan
yang digunakan haruslah tepat agar memberikan hasil yang maksimal. Media
dasar yang dipakai tersusun dari garam-garam berdasarkan susunan
Murashige & Skoog (1962) dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter, myoinositol
100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter berbagai kombinasi hormon tanaman
yang ditambahkan sesuai dengan perlakuan. Media dibuat dalam bentuk padat
dengan penambahan agar bacto 8 gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan
penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf
bertekanan 17,5 psi, suhu 120 derajat C selama 30 menit.Tanaman yang
didapat dari kultur jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separti
halnya tanaman yang didapat dari biji.
c) Sumber benih
Untuk menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebih
dahulu. Sebaiknya selalu menggunakan benih asli (F1 hibrid).
d) Cara penyimpanan benih
Benih harus disimpan ditempat yang kering dan tempat untuk menyimpan benih
dapat dibuatkan rumah pembibitan yang sederhana karena mengingat umur
benih hanya selama 10–14 hari, karena untuk melindungi benih tanaman yang
masih muda dari terik sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupun
penyakit. Alas rumah pembibitan, tempat polibag diletakkan dilapisi kertas
koran agar perakaran bibit tidak menembus ke dalam tanah.
e) Kebutuhan benih
Benih yang dibutuhkan sesuai dengan luas tanam ditambah 10% untuk
cadangan penyulaman.
f) Perlakuan benih
Benih melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana dibandingkan
dengan benih semangka non-biji. Hal ini karena kulit melon cukup tipis
sehingga tidak memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melon
adalah pencucian, perendaman, serta pemeraman benih.
3) Teknik Penyemaian Benih
a) Cara dan Waktu Penyemaian
Benih melon yang akan disemaikan, direndam terlebih dahulu di dalam air
selama 2–4 jam. Kemudian benih disemaikan pada kantong plastik, yang telah
diisi tanah dan pupuk kandang yang dicampur dengan perbandingan 5:1. Benih
disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke
bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan
perbandingan 2:1 yang telah disiapkan, agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik, tidak mudah rebah. Untuk merangsang perkecambahan benih dengan
menciptakan suasana hangat maka tutuplah permukaan persemaian dengan
karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan media
semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.
b) Pembuatan Media Semai
Melon termasuk tanaman yang tidak terlalu menuntut media semai yang khusus
untuk pembibitannya. Medianya dapat dibuat dengan berbagai variasi,
contohnya dengan mencampurkan tanah, pasir dan pupuk kandang atau
kompos, asal perbandingannya sesuai misalnya 1:1:1. Untuk mendapatkan
hasil bibit melon yang kekar dan sehat maka komposisi media semai yang tepat
terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang, pupuk SP-36 atau NPK ditambah
dengan insektisida karbofuran.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Setelah benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus
mendapatkan pemeliharaan yang baik agar menjadi bibit melon yang sehat dan
kekar.
a) Cara dan Waktu Penyiraman
Bibit dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum muncul
sampai bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki
semprot. Saat menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu kuat karena akan
mengikis tanah media dan melemparkan benih atau kecambah keluar dari
polibag. Apabila daun sejati keluar, penyiraman bibit baru dapat dilakukan
embrat atau gembor. Saat cuaca panas, tanah pada polybag kering dan
penyiraman perlu diulangi pada sore hari, jangan menyiram bibit tanaman pada
siang hari karena akan menyebabkan air dan zat-zat makanan tidak dapat
terserap akibatnya bibit menjadi kurus, kering dan layu.
b) Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehat
dan kekar untuk ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum
penanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam
dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana
disingkirkan dan tidak ditanam.
c) Pemupukan
Untuk pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan penyemprotan pupuk
daun yang mengandung unsur nitrogen tinggi. Pupuk daun cukup dilakukan
satu kali, yaitu pada saat umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1,0–1,5
gram/liter. Pupuk akar berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak perlu
ditambahkan selama pembibitan karena pupuk akar yang diberikan pada media
semai telah mencukupi.
d) Pemberian Pestisida Pada Masa Pembibitan
Pada masa pembibitan penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggap
perlu. Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun bibit melon ini
terbakar (plasmolisis). Penyomprotan ini dilakukan terutama pada saat 2-3 hari
sebelum bibit ditanam dilapangan. Contoh pestisida yang digunakan adalah
Insektisida Dicarzol 0,5 g/liter dan fungisida Previcur N 1,0 ml/liter.
5) Pemindahan Bibit
Bibit melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4–5 helai atau
tanaman melon telah berusia 10–12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan
cara pemindahan tanaman lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secara
hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi
sebelumnya, bedenganpun jangan sampai kekurangan air.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
a) Pengukuran pH Tanah
Pengukuran pH tanah dengan menggunakan alat pH meter. Tanah yang akan
di ukur dibasahi terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik yang
berbeda, kemudian dihitung pH rata-rata.
b) Analisis Tanah
Berdasarkan fakta di lapangan tanaman melon dapat ditanam pada berbagai
jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan
kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan
pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan.
c) Penetapan Waktu/Jadwal Tanam
Penetapan waktu tanam berkaitan dengan perkiraan waktu panen suatu
varietas melon yang ditanam dan waktu panen varietas melon lainnya. Misalnya
waktu tanam melon pada bulan Maret adalah varietas ten me, April varietas
aroma, Mei varietas new century (hamiqua) dan seterusnya sehingga
petani/pengusaha agribisnis perlu menjadwal waktu tanaman varietas melon
yang dikehendaki pelanggan.
d) Penetapan Luas Areal Penanaman
Penetapan luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas lahan
yang tersedia, musim dan permintaan pasar. Tanaman melon yang diusahakan
di lahan terbuka di musim hujan akan rusak terserang penyakit karena terguyur
hujan terus-menerus. Maka penanaman melon di musim hujan lebih diarahkan
dengan sistem hidroponik.
e) Pengaturan Volume Produksi
Pengaturan volume produksi berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat
panen dan permintaan pasar. Cara penanaman melon dilakukan secara
bertahap. Misalnya penanaman pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasi
B, dan ketiga 40% di lokasi C. Interval penanaman berkisar 2 minggu.
Pengaturan ini lazim dilakukan pada agribisnis melon dengan sistem
hidroponik. Untuk menjaga kontinuitas produksi, biasanya interval tanamnya
berselang 1-2 minggu.
2) Pembukaan Lahan
a) Pembajakan
Untuk penanaman melon di dataran menengah-tinggi, struktur tanah biasanya
sudah sangat remah sehingga tidak memerlukan pembajakan. Lahan yang
dibajak harus digenangi air lebih dahulu selama semalam, kemudian keesokan
harinya dilakukan pembajakan ini cukup untuk membalik tanah sehingga cukup
dilakukan sekali dengan kedalaman balikan sekitar 30 cm.
b) Penggarukan dan Pencangkulan Lahan Serta Waktu Lahan Siap Tanam
Untuk pencangkulan dan penggarukan, keadaan tanahnya harus cukup kering.
Karena kita bisa mudah membentuk tanah yang semula berbongkah-bongkah
dan cukup liat, tanah yang beremah-remah dan cukup sarang (mudah diserap
air). Dengan tanah tersebut akan menguntungkan tanaman. Selain
perakarannya mudah menembus tanah, juga akan mudah bernapas.
Cara-cara pencangkulan adalah sebagai berikut:
1. Mula-mula lakukan pembalikan tanah (tanahnya masih berbongkah-bongkah.
2. Tanah dari hasil pencangkulan pertama dihaluskan atau dihancurkan,
dengan kedalaman ± 30–50 cm. (untuk dua kali cangkulan)
3. Pencangkulan dilakukan kalau keadaan tanahnya betul-betul sudah
dikategorikan ke dalam tanah berat. Jika tidak, sekali cangkul tanah sudah
cukup beremah dan kita dapat mengerjakan pekerjaan yang lain.
3) Pembentukan Bedengan
a) Cara Pembuatan
Selama 5–7 hari lahan dibiarkan kering setelah dibajak (atau dibalik). Proses ini
akan membuat tanah menjadi lengket dan berbongkah sehabis dibajak menjadi
agak hancur karena mengalami proses pengeringan matahari dan
penganginan. Selama proses tersebut beberapa senyawa kimia yang beracun
dan merugikan tanaman dan akan hilang perlahan-lahan. Setelah kering,
bongkahan tanah dibuat petakan dengan tali rafia untuk membentuk bedengan
dengan ukuran panjang bedengan maksimum 12–15 m; tinggi bedengan 30–50
cm; lebar bedengan 100–110 cm; dan lebar parit 55–65 cm.
b) Bentuk Bedengan
Bedengan dibentuk dengan cara mencangkuli bongkahan tanah menjandi
struktur tanah yang remah/gembur. Bila telah bentuk bedengan terlihat, baik itu
bedengan kasar/setengah jadi bedengan tersebut dikeringanginkan lagi selama
seminggu agar terjadi proses oksidasi/penguapan dari unsur-unsur beracun
ada hingga menghilang tuntas.
c. Ukuran dan Jarak Bedengan
Dengan panjang maksimum 15 m tersebut akan memudahkan perawatan
tanaman dan mempercepat pembuangan air, terutama di musim hujan. Tinggi
bedengan dibuat sesuai dengan musim dan kondisi tanah. Pada musim hujan
tinggi bedengan 50 cm agar perakaran tanaman tidak terendam air jika hujan
deras. Dan pada musim kemarau tinggi bedengan cukup 30 cm, karena untuk
memudahkan perawatan pada saat bedengan digenangi. Parit dibuat dengan
lebar 55–65 cm adalah untuk memudahkan perawatan pada saat
penyemprotan, pemasangan ajir, maupun penalian.
4) Pengapuran
Dengan pengapuran akan menambah unsur hara kalsium yang diperlukan untuk
dinding sel tanaman. Pengapuran dapat menggunakan dolomit/calmag (CaCO3
MgCO3) kalsit/kaptan (CaCO3). Setelah diperoleh pH rata-rata, penentuan
kebutuhan dapat dilakukan dengan menggunakan data berikut ini :
a) < 4,0 (paling asam): jumlah kapur >10,24 ton/ha
b) 4,2 (sangat asam): jumlah kapur 9,28 ton/ha
c) 4,6 (asam): jumlah kapur 7,39 ton/ha
d) 5,4 (asam): jumlah kapur 3,60 ton/ha
e) 5,6 (agak asam): jumlah kapur 2,65 ton/ha
f) 6,1 – 6,4 (agak asam): jumlah kapur <0,75 ton/ha
5) Pemasangan Mulsa Plastik Hitam-Perak (PHP)
Mulsa PHP yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan berwarna perak di bagian
atas dan warna hitam dibagian bawah dengan berbagai keuntungan. Warna perak
pada mulsa akan memantulkan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis
menjadi lebih optimal, kondisi pertanaman tidak terlalu lembab, mengurangi
serangan penyakit, dan mengusir serangga-serangga penggangu tanaman seperti
Thirps dan Aphids. Sedangkan warna hitam pada mulsa akan menyerap panas
sehingga suhu di perakaran tanaman menhadi hangat. Akibatnya, perkembangan
akar akan optimal. Selain itu warna hitam juga mencegah sinar matahari
menembus ke dalam tanah sehingga benih-benih gulma tidak akan tumbuh
(kecuali teki dan anak pisang).
Pemasangan mulsa PHP sebaiknya dilakukan pada saat panas matahari terik
agar mulsa dapat memuai sehingga menutup bedengan dengan tepat. Teknis
pemasangannya cukup oleh 2 orang untuk satu bedengan. Caranya tariklah
kedua ujung mulsa pada bedengan, kaitkan salah satu ujungnya pada bedengan
menggunakan pasak penjepit mulsa kemudian ujung yang satunya. Setelah kedua
ujung mulsa PHP terkait erat pada bedengan, dengan cara bersamaan tariklah
mulsa pada kedua sisi bedengan setiap meternya secara bersamaan. Kaitkan
kedua sisi mulsa dan bedengan dengan pasak penjepit tadi sehingga seluruh sisi
mulsa terkait rapat pada bedengan. Setelah selesai pemasangan, bedenganbedengan
dibiarkan tertutup mulsa PHP selama 3–5 hari sebelum dibuat lubang
tanam. Tujuan agar pupuk kimia yang diberikan dapat berubah menjadi bentuk
tersedia sehingga dapat diserap tanaman.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Tanaman melon merupakan tanaman semusim yang biasa ditanam dengan pola
monokultur.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Untuk membuat lubang tanam dengan menggunakan pelat pemanas atau
memanfaatkan bekas kaleng susu kental. Plat pemanas yang berupa potongan
besi dengan diameter 10 cm, dibuat sedemikian rupa hingga panas yang
ditimbulkan dari arang yang dibakar mampu melubangi mulsa PHP dengan cepat.
Model penanaman dapat berupa dua baris berhadap-hadapan membentuk segi
empat ati dia baros berhadap-hadapan membentuk segi tiga.
3) Cara Penanaman
Bibit yang telah di semai + 3 minggu dipindahkan kedalam besar beserta
medianya. Akar tanaman diusahakan tidak sampai rusak saat menyobek polibag
kecil. Cetakan tanah yang telah berisi bibit melon, diletakkan pada lubang yang
telah ditugal dan diusahakan agar tidak pecah/hancur karena bisa mengakibatkan
kerusakan akar dan tanaman akan layu jika hari panas.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan dan penyulaman dilakukan bila dalam waktu 2 (dua) minggu setelah
tanam bibit tidak menunjukkan pertumbuhan normal. Tanaman dicabut beserta
akarnya kemudian diganti dengan bibit/tanaman baru. Hal ini sebaiknya dilakukan
pada sore hari agar tanaman muda ini dapat lebih beradaptasi dengan lingkungan
barunya. Penyulaman dan penjarangan biasanya dilakukan selama 3 – 5 hari,
karena kemungkinan dalam seminggu pertama masih ada tanaman lainnya yang
perlu disulam. Saat setelah selesai penjarangan dan penyulaman tanaman baru
harus disiram air.
2) Penyiangan
Pada budidaya melon sistem mulsa PHP penyiangannya dilakukan pada lubang
tanam dan parit di antara dua bedengan. Gulma yang tidak dibersihkan
menyebabkan lingkungan pertanaman lembab sehingga merangsang penyakit.
Gulma juga dapat sebagai inang hama dan nematoda yang merugikan.
3) Pembubunan
Untuk pembubunan pertama-tama kita lakukan adalah pemupukan awal dan
mensterilkan lahan di situ. Tujuannya adalah setelah tanah diolah dan dipupuk,
tanah akan menjadi subur dan akan terbebas dari hama dan penyakit. Saat
melakukan pemupukan, tanah yang sebelumnya sudah diolah, telah dikelentang
selama 2 minggu. Dengan begitu, diharapkan tanah yang cukup lama terkena terik
matahari tersebut, cukup sehat untuk ditanami.
4) Perempalan
Perempelan dilakukan terhadap tunas/cabang air yang bukan merupakan cabang
utama.
5) Pemupukan
Pemupukan diberikan sebanyak 3 kali, yaitu 20 hari setelah ditanam, tanaman
berusia 40 hari (ketika akan melakukan penjarangan buah) dan pada saat
tanaman berusia 60 hari (saat menginjak proses pematangan). Caranya sebarkan
secara merata di atas tanah bedengan pada pinggiran kiri dan kanannya (10–15
cm). Kemudian tanah dibalik dengan hati-hati supaya tidak merusak perakaran
tanaman, dan agar pupuk tersebut bisa aman terpendam dalam tanah. Untuk
memudahkan dalam pemupukan, dibuat data mengenai rangkaian pemupukan
sejak awal.
a) Pupuk kandang/kompos: pupuk dasar=10–20 ton/ha.
b) Urea: pupuk dasar=440 kg/ha; pupuk susulan I=330 kg/ha; pupuk susulan
II=220 kg/ha; pupuk susulan III=440 kg/ha.
c) TSP: pupuk dasar=1.200 kg/ha; pupuk susulan I=220 kg/ha; pupuk susulan
II=550 kg/ha.
d) KCl: pupuk dasar=330-440 kg/ha; pupuk susulan II=160 kg/ha.
Keterangan pupuk dasar: pemupukan pada pengolahan tanah (sebelum tanam);
pupuk susulan I : umur ± 20 hari; pupuk susulan II: umur + 40 hari; pupuk susulan
III: umur + 60 hari.
6) Pengairan dan Penyiraman
a) Pengairan
Tanaman melon menghendaki udara yang kering untuk pertumbuhannya, tetapi
tanah harus lembab. Pengairan harus dilakukan jika hari tidak hujan. Pengairan
dilakukan pada sore atau malam hari.
b) Penyiraman
Tanaman di siram sejak masa pertumbuhan tanaman, sampai tanaman akan
dipetik buahnya. Saat menyiram jangan sampai air siraman membasahi daun
dan air dari tanah jangan terkena daun dan buahnya. Tujuannya adalah supaya
tanaman tidak dijangkiti penyakit yang berasal dari percikan tersebut, kalau
daun basah kuyup akan mengundang jamur sangat besar. Penyiraman
dilakukan pagi-pagi sekali atau malam hari. Oleh karena itu ada pengairan di
sekitar kebun besar sekali manfaatnya.
7) Waktu Penyemprotan Pestisida
a) Tindakan preventif, benih direndam dalam larutan bakterisida Agrimycin
(oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate)
dengan konsentrasi 1,2 gram/liter dan penyemprotan bakterisida pada umur 20
HST.
b) Penyemprotan fungisida Previcur N (propamocarb hydrochloride) dengan
konsentrasi 2–3 ml/liter apabila serangan telah melewati ambang ekonomi.
c) Fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter.
Pangkal batang yang terserang dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC
(tridemorph) dengan konsentrasi 5 ml/liter.
8) Pemeliharaan Lain
a) Pemasangan Ajir
Ajir atau tongkat dari kayu atau bilahan bambu, untuk rambatan dapat di
pasang setelah selesai membuat pembubunan dan selesai mensterilkan kebun.
Atau dapat juga ajir dipasang sesudah bibit ditanam, dan bibit sudah
mengeluarkan sulur-sulurnya kira-kira tingginya adalah 50 cm. Ajir harus
terbuat dari bahan yang kuat sehingga mampu menahan beban buah dengan
bobot kira-kira 2–3 kg. Tempat ditancapkannya ajir dengan jarak kira-kira 25 cm
dari pinggir guludan baik kanan maupun kiri. Supaya ajir lebih kokoh lagi, kita
bisa menambahkan bambu panjang yang diletakkan di bagian pucuk segitiga
antara bambu atau kayu yang menyilang, mengikuti barisan ajir-ajir di
belakangnya.
b) Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan pada tanaman melon bertujuan untuk
memelihara cabang sesuai dengan yang dikehendaki. Tinggi tanaman dibuat
rata-rata antara titik ke-20 sampai ke-25 (bagian ruas, cabang atau buku dari
tanaman tersebut). Pemangkasan dilakukan kalau udara cerah dan kering,
supaya bekas luka tidak diserang jamur. Waktu pemangkasan dilakukan setiap
10 hari sekali, yang paling awal dipangkas adalah cabang yang dekat dengan
tanah dan sisakan dua helai daun, kemudian cabang-cabang yang tumbuh lalu
dipangkas dengan menyisakan 2 helai daun. Pemangkasan dihentikan, jika
ketinggian tanamannya sudah mencapai pada cabang ke-20 atau 25.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Kutu aphids (Aphis gossypii Glover )
Ciri: Hama ini mempunyai getah cairan yang mengandung madu dan di lihat dari
kejauhan mengkilap. Hama ini menyerang tanaman melon yang ada di lahan
penanaman. Aphids muda yang menyerang melon berwarna kuning, sedangkan
yang dewasa mempunyai sayap dan berwarna agak kehitaman. Gejala: daun
tanaman menggulung dan pucuk tanaman menjadi kering akibat cairan daun yang
dihisap hama. Pengendalian: (1) gulma harus selalu dibersihkan agar tidak
menjadi inang hama; (2) tanaman yang terserang parah harus disemprot secara
serempak dengan insektisida Perfekthion 400 EC (dimethoate) dengan
konsentrasi 1,0–2,0 ml/liter; (3) tanaman yang telah terjangkit virus harus dicabut
dan dibakar (dimusnahkan).
2) Thirps (Thirps parvispinus Karny)
Ciri: Hama ini menyerang saat fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Nimfa
thirps berwarna kekuning-kuningan dan thirps dewasa berwarna coklat kehitaman.
Thirps berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis (mampu melahirkan
keturunan meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di musim kemarau. Gejala:
daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting, dan bercaknya
kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah
secara normal. Kalau gejala ini timbul harus diwaspadai karena telah tertular virus
yang dibawa hama thirps. Pengendalian: menyemprot dengan racun kontak, 3–4
hari sekali.
7.2. Penyakit
1) Layu bakteri
Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan
dengan perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis
Motschulsky). Gejala: daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun,
warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu
per satu, meskipun warnanya tetap hijau, kemudian tanaman layu secara
keseluruhan. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akan
mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang.
Pengendalian: (1) sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan Basamid G
dengan dosis 40 g/m2; (2) benih di rendam dalam bakterisida Agrimyciin
(oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate)
dengan konsentrasi 1,2 gram/liter ; (3) penyemprotan bakterisida ini pada umur 20
HST.
2) Penyakit busuk pangkal batang (gummy stem bligt)
Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker. Gejala:
pangkal batang yang terserang mula-mula seperti tercelup minyak kemudian keluar
lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun tanaman
yang terserang akan mengering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi
kresek-kresek apabila diterpa angin. Pengendalian: (1) penggunaan mulsa PHP
untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di
perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; (2) daun-daun tanaman yang
terserang dibersihkan lalu disemprot dengan fungisida Derasol 500 SC
(carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter; (3) pangkal batang yang terserang
dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5
m/liter.
7.3. Gulma
Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara,
tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhan
masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
a) Tanda/ciri Penampilan Tanaman Siap Panen
1) Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal
2) Serat jala pada kulit buah sangat nyata/kasar
3) Warna kulit hijau kekuningan.
b) Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.
c) Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.
8.2. Cara Panen
1) Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk
memperpanjang masa simpan buah.
2) Tangkai dipotong berbentuk huruf “T”, maksudnya agar tangkai buah utuh dan
kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong daunnya.
3) Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benarbenar
telah siap dipanen.
4) Buah yang telah dipanen dikumpulkan disuatu tempat untuk disortir. Kerusakan
buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan
mengurangi harga jual terutama di swalayan.
8.3. Periode Panen
Panen dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar
telah siap panen. Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan mendatang harga
melon diramalkan jatuh. Maka alternatif untuk rotasi tanaman yang dapat
menggunakan lahan bekas menanam melon adalah cabai. Karena lahan yang
tersedia tidak perlu diubah. Hanya mulsa PHP dibuka dan dosis pemupukan
ditambahkan 50%.
Bila dalam jangka waktu 4 bulan berikutnya dinyatakan harga melon meningkat,
maka lahan bekas sawah ditanami padi terlebih dahulu untuk satu musim tanam.
Alasannya adalah dari segi kormesial tanaman padi kurang menguntungkan, tapi
dari segi pemutusan siklus hidup hama dan penyakit sangat menguntungkan. Hal ini
disebabkan karena hama dan penyakit yang mengisap oksigen (aerob) akan mati
dengan kondisi tanah yang terendam air (anaerob). Setelah menanam padi selesai,
tanaman melon yang ditanam akan berproduksi tinggi dengan risiko serangan hama
dan penyakit yang lebih rendah.
8.4. Prakiraan Produksi
Untuk mengetahui jumlah produksi yang akan dihasilkan bagian pemasaran harus
melakukan penelitian pasar. Untuk luas satu hektar tanaman melon diperkirakan
akan menghasilkan buah melon 10–15 ton, maka memanennya harus dilakukan
secara bertahap. Misalnya minggu I menanam seluas 2.000 m2, minggu II menanam
seluas 2.000 m2, dan seterusnya. Hal ini untuk tingkat kontinuitas produksi akan
tercapai dan resiko tidak terjualnya buah melon akan terhindar.
9. PASCAPANEN
Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah melon
dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi
kwalitas/penampilan buah melon.
9.1. Pengumpulan
Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera
disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacar
fisik lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar
swalayan.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian di
sortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun
cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas bagus
kemudian di lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.
1) Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna.
2) Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja.
3) Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak
berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum saatnya dipanen tapi
telah mati terlebih dahulu akibat serangan hama.
9.3. Penyimpanan
Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang
belum terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara
rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering
dan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak
jangan disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang
mulai busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubang
angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal,
kemudian melon diberikan jerami juga dibagian atas buahnya. Sebelum kotak
ditutup, buah melon diberi lapisan jerami lagi.
Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan benang yang mirip
jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih dilapisi
dengan jerami kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih
terjamin dibanding dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional).
Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah melon yang akan dibawa ke
pasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang akan di ekspor biasanya dipak
secara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik.
Di kargo pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin agar
buah tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Contoh analisis pasar pada penanaman melon dilahan terbuka dengan
menggunakan mulsa PHP. Luas lahan 1 ha, populasi 3.000 tanaman di daerah Jawa
Barat pada tahun 1999.
1) Biaya produksi
1. Penyiapan lahan/pembentukan bedengan
- Sewa tanah 1 musim tanam (4 bulan) Rp. 850.000,-
- Pembukaan/pembersihan lahan 50 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 350.000,-
- Pembentukan bedengan kasar 100 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 700.000,-
- Tenaga pengapuran 20 HKP @ Rp.7.000,- Rp. 140.000,-
- Penebaran pupuk kandang 45 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 315.000,-
- Penebaran pupuk kimia,pasang. mulsa 65 HKP @ Rp. 5.000,- Rp. 455.000,-
2. Benih dan mulsa PHP
- Benih melon 500 g Rp. 2.301.350,-
- Mulsa PHP 10 rol (200 kg) @ Rp. 5.725,- Rp. 1.145.000,-
3. Pupuk dan kapur pertanian
- Pupuk kandang 27 ton @ Rp. 150.000,- Rp. 4.050.000,-
- ZA 630 kg @ Rp. 1.250,-,- Rp. 787.500,-
- Urea 450 kg @ Rp. 1.500,-,- Rp. 675.000,-
- TSP/SP-36 900 kg @ Rp. 1.800,- Rp. 1.620.000,-
- KCl 720 kg @ Rp. 1.650,-,- Rp. 1.188.000,-
- Borate/Fertibor 18 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 90.000,-
- Kapur pertanian 1.800 kg @ Rp. 300,- Rp. 540.000,-
4. Penyiapan bibit dan penanaman
- Plastik semai polibag 5 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-
- Plastik transparan 50 m @ Rp. 1.800,- Rp. 90.000,-
- Tenaga kerja semai 75 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 375.000,-
- Penanaman 50 HKW @ Rp. 5.000,- + 30 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 460.000,-
5. Pestisida dan pupuk daun
- Karbofuran 36 kg @ Rp. 5.000,- Rp. 180.000,-
- Insektisida semprot 15 liter @ Rp. 80.000,- Rp. 1.200.000,-
- Fungisida 25 kg @ Rp. 50.000,- Rp. 1.250.000,-
- Pupuk daun 10 kg @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
- Perekat-perata 10 liter @ Rp. 10.000,- Rp. 100.000,-
6. Pemeliharaan tanaman
- Tenaga semprot 60 HKP @ Rp. 7.000,- Rp. 420.000,-
- Pemupukan NPK/KNO3 80 kg @ Rp. 2.400,- Rp. 108.000,-
- Tenaga pemupukan kocoran & penyiangan 25 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 96.250,-
- Pemangkasan cabang 15 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 75.000,-
7. Panen
- Tenaga panen 20 HKP @ Rp. 7.000,- + 10 HKW @ Rp. 5.000,- Rp. 190.000,-
8. Lain-lain
- Belanja peralatan (3 sprayer, embrat, drum, dsb) Rp. 900.000,-
- Gubuk tempat tinggal dan penyimpanan alat Rp. 375.100,-
- Tenaga keamanan (1 bulan) Rp. 150.000,-
Biaya tak terduga sebesar 5% Rp. 1.066.310,-
Jumlah biaya produksi Rp. 22.392.510,-
2) Penerimaan
1. Misalnya rata-rata produksi tanaman 2,25 kg (rata-rata dipelihara 1 buah) maka
produksi per 1.000 m2 ditaksir mencapai 6.750 kg.
2. Jika diperhitungkan tingkat kerusakan tanaman (loss) 5% maka hasil yang
hilang sebesar 337.5 kg melon sehingga produksi bersih melon menjadi 6750
kg – 337.5 kg = 6412.5 kg.
3. Sebagai contoh hasil yang diperoleh terdiri dari 65% kelas M1 ; 25% kelas M2
dan 10% kelas M3. Jika harga melon kelas M1. Rp. 4.000,-; kelas M2 Rp. 3.000,-
; kelas M3 Rp. 2.500,- maka penerimaan penjualan melon.
Kelas M1 = 65% x 6412.5 kg x Rp. 5.000,- Rp. 20.840.625,-
Kelas M2 = 25% x 6412.5 kg x Rp. 4.000,- Rp. 6.412.500,-
Kelas M3 = 10% x 6412.5 kg x Rp. 3.000,- Rp. 1.923.750,-
Jumlah penerimaan Rp. 29.176.875,-
3) Keuntungan Rp. 6.748.365,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. Rasio biaya dan Pendapatan (Benefit Cost Ratio/BCR) = 1,30
Catatan: HKP = hari kerja pria (8 jam sehari), HKW = hari kerja wanita (6 jam sehari).
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Agribisnis melon harus dilakukan secara cermat dan tetap selalu waspada. Walau
berdasarkan analisis budidaya agribisnis melon menunjukkan prospek yang
menjanjikan, tapi suatu ketika penyemprotan tertunda atau hal-hal sepele lainnya
tidak diperhatikan maka keuntungan yang sudah dapat dibayangkan akan menjadi
sirna seketika.
Di era perdagangan menuju pasar bebas, persaingan semakin ketat. Perlu dicarikan
pasar khusus untuk dapat mendongkrak harga jual. Buah yang berkualitas tinggi
yang ditawarkan akan layak mendapatkan harga jual yang tinggi pula. Informasi
harga pasar dicari sebanyak-banyaknya sebelum panen berlangsung. Rantai tata
niaga dipelajari seteliti mungkin. Diusahakan rantai teRp.endek untuk mendapatkan
harga jual tertinggi.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya, khususnya petani
melon, Pemerintah menetapkan kebijaksanaan dalam memilih urutan jenis tanaman
pertanian/hortikultura. Dalam ruang lingkup berikut telah disusun beberapa pedoman
sebagai berikut:
1) Mengutamakan jenis tanaman melon yang bernilai ekonomi tinggi, untuk
meningkatkan pendapatan petani melon, baik untuk konsumsi dalam maupun luar
negeri.
2) Mengutamakan jenis tanaman yang dapat memberi kesempatan tenaga kerja
lebih banyak.
3) Mengutamakan jenis tanaman melon yang mempunyai prospek pasar dan
pemasaran yang baik.
4) Mengutamakan jenis tanaman melon yang dapat mempertinggi nilai gizi
masyarkat.
11.2.Diskripsi
Berdasarkan uraian diatas, tanaman melon merupakan salah satu tanaman prioritas
utama yang perlu mendapatkan perhatian diantara tanaman-tanaman hortikultura.
Buah melon mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding tanaman
hortikultura pada umumnya. Hal ini memberi banyak keuntungan kepada petani atau
pengusaha pertanian tanaman melon. Dan ini memungkinkan adanya perbaikan tata
perekonomian Indonesia, khususnya dari bidang pertanian.
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Untuk klasifikasi standar mutu dan syarat produk yang berlaku dipasaran maka kita
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Melon yang diproduksi harus diberi merek, yaitu dengan menempelkan stiker pada
buah;
2) Kepercayaan yang telah diberikan oleh pelanggan harus dijaga;
3) Pangsa pasar harus diperkuat, dan kontinuitas (keberlanjutan) produksi melon
harus dijaga;
4) Buah melon yang berkualitas (kelas M1) harus dikemas sedemikian rupa untuk
memberikan kepuasan pelanggan.
11.4.Pengambilan Contoh
Dalam pengambilan contoh untuk penanganan produksi selanjutnya, umur melon
kurang lebih 56–65 HST, buah melon yang berukuran besar mempunyai berat ratarata
2,5 kg, ukuran sedang 1,0–2,5 kg, dan ukuran kecil berat buah sekitar 400 gram.
11.5.Pengemasan
Untuk pengemasan yang standar dapat menggunakan kotak kayu atau dapat juga
menggunakan rajutan benang yang mirip dengan jala. Dengan kemasan rajutan
benang akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak kayu.
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Final, Prajnanta, Ir., Melon Pemeliharaan Secara Intensif Kiat Sukses
Beragribisnis Cetakan ke-2, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1998).
2) Setiadi, Bertanam Melon, Cetakan ke-4, (Jakarta: Penebar Swadaya, 1998)
3) Sudarsono dan Winata, Livy, Fakultas Pertanian IPB. Pemakaian Teknik Kultur
Jaringan Sebagai Perbanyakan Melon (Cucumis melo L.)
4) Tjahjadi, Nur, Ir.,Bertanam Melon, 24352, (Jakarta: Kanisius, 1987).
5) Fakultas Pertanian IPB, Bogor, 1984. Karya Ilmiah Mahasiswa Jurusan Budidaya
Pertanian.
0 Response to "BUDIDAYA MELON"
Posting Komentar