BUDIDAYA TALAS
TALAS
( Colocasia esculenta (L.) Schott )
1. SEJARAH SINGKAT
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam
suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan
merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapa
nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan ‘Eddo (e)’. Di beberapa
negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi
(India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China).
Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke China dalam
abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau
di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai
hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di
atas 1000 m dpl., baik liar maupun di tanam.
2. JENIS TANAMAN
Tanaman talas mengandung asam perusi (asam biru atau HCN). Sistim perakaran
serabut, liar dan pendek. Umbi mempunyai jenis bermacam-macam. Umbi dapat
mencapai 4 kg atau lebih, berbentuk selinder atau bulat, berukuran 30 cm x 15 cm,
berwarna coklat. Daunnya berbentuk perisai atau hati, lembaran daunnya 20-50 cm
panjangnya, dengan tangkai mencapai 1 meter panjangnya, warna pelepah
bermacam-macam. Perbungaannya terdiri atas tongkol, seludang dan tangkai.
Bunga jantan dan bunga betina terpisah, yang betina berada di bawah, bunga jantan
di bagian atasnya, dan pada puncaknya terdapat bunga mandul. Buah bertipe buah
buni. Bijinya banyak, bentuk bulat telur, panjangnya ± 2 mm.
Berbagai jenis talas terdapat di daerah Bogor adalah Talas Sutera, Talas Bentul dan
Talas Ketan. Talas Sutera memiliki daun yang berwarna hijau muda dan dan berbulu
halus seperti Sutera. Di panen pada umur 5-6 bulan. Umbinya kecoklatan yang dapat
berukuran sedang sampai besar. Talas Bentul memiliki umbinya lebih besar dengan
warna batang yang lebih ungu di banding Talas Sutera. Talas Bentul dapat dipanen
setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih
muda kekuning-kuningan. Talas Ketan warna pelepahnya hijau tua kemerahan. Di
Bogor dikenal pula jenis talas yang disebut Talas Mentega (Talas Gambir/Talas
Hideung), karena batang dan daunnya berwarna unggu gelap.
Jenis talas lain biasanya tidak di kosumsi karena rasanya tidak enak atau gatal.
Contohnya adalah Talas Sente yang berbatang dan berdaun besar, banyak
digunakan untuk pajangan dan daunnya sering digunakan untuk makanan ikan.
Sedang talas Bolang memunyai rasa yang gatal, dengan batang dan daun yang
bertotol-totol.
3. MANFAAT TANAMAN
Di Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan.
Talas mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan vitamin.
Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah daunnya banyak
dimanfaatkan sebagai bahan makanan, obat maupun pembungkus. Daun, sisa umbi
dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan ikan secara langsung
maupun setelah difermentasi. Tanaman ini mempunyai keterkaitan dengan
pemanfaatan lingkungan dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan yang
agak berair sampai lahan kering.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia tempat pengembangan talas adalah Kota Bogor dan Malang yang
menghasilkan beberapa kultivar yang enak rasa umbinya. Tingkat produksi tanaman
talas tergantung pada kultivar, umur tanaman dan kondisi lingkungan tempat
tumbuh. Pada kondisi optimal produktivitas talas dapat memcapai 30 ton/hektar.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
a) Talas tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis dan di daerah beriklim sedang.
Pembudidayaan talas dapat dilakukan pada daerah beriklim lembab (curah hujan
tinggi) dan daerah beriklim kering (curah hujan rendah), tetapi ada kecenderungan
bahwa produk talas akan lebih baik pada daerah yang beriklim rendah atau iklim
panas.
b) Curah hujan optimum untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 cm pertahun.
Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah hujan dan tumbuh
sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000 mm/tahun atau lebih.
c) Selama pertumbuhan tanaman talas menyukai tempat terbuka dengan penyinaran
penuh serta tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-30
derajat C dan kelembaban tinggi.
5.2. Media Tanam
a) Tanaman talas menyukai tanah yang gembur, yang kaya akan bahan organik atau
humus.
b) Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah dengan berbagai jenis tanah, misal tanah
lempung yang subur berwarna coklat pada lapisan tanah yang bebas air tanah,
tanah vulkanik,andosol, tanah latosol.
b) Tanaman talas untuk mendapatkan hasil yang tinggi, harus tumbuh di tanah
drainase baik dan PH 5,5–6,5. Tanah yang bergambut sangat baik untuk talas
tetapi harus diberi kapur 1 ton/ha bila PH nya di bawah 5,0.
c) Tanaman talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Apabila tidak
tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman
talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman ini ialah
menjelang musim hujan, sedang musim panen tergantung kepada kultivar yang di
tanam.
5.3. Ketinggian Tempat
Talas dapat tumbuh pada ketinggian 0–1300 m dpl. Di Indonesia sendiri talas dapat
tumbuh di daerah pantai sampai pergunungan dengan ketinggian 2000 m dpl,
meskipun sangat lama dalam memanennya.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Pembibitan tanaman talas dapat dilakukan dengan tunas atau umbi.
1) Penyiapan Bibit
Pada umumnya pertanaman talas masih dijalankan secara tradisional, dimana
bibit yang berupa anakan, diperoleh dari pertanaman sebelumnya. Bibit yang baik
merupakan anakan kedua atau ketiga dari pertanaman talas. Anakan tersebut
setelah dipisahkan dari tanaman induk, disimpan di tempat yang lembab, untuk
digunakan pada musim tanam berikutnya.
2) Teknik Penyemaian Bibit
Penanaman talas sangat mudah dilakukan hanya memerlukan ketekunan dan
keterampilan sederhana. Pertama persiapkan bibit yang berasal dari tunas atau
umbi. Bila bibit diambil dari tunas, maka tunas itu diperoleh dari talas yang telah
berumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Bila bibit berasal dari umbi,
sebaiknya dipilih bagian umbi yang dekat titik tumbuh, kemudian iris dan
tinggalkan satu mata bakal tunas. Umbi yang diiris dianginkan dulu dan waktu
disemaikan lapisan bagian dalam irisan dilapisi abu. Baru setelah berdaun 2-3
lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolah sampai gembur, dengan
jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm. Pengaturan jarak tanam tergantung dari
varietas dan ukuran tanaman. Talas biasanya ditanam dalam dua baris di
bedengan selebar 1,2 m, dengan jarak 45 cm di dalam baris.
3) Pemindahan bibit
Pemindahan bibit dapat dilakukan setelah tunas diperoleh dari talas yang telah
berumur 5–7 bulan, yaitu tunas kedua dan dan ketiga. Kalau bibit dari umbi, yaitu
setelah umbi berdaun 2-3 lembar, umbi siap ditanam pada tanah yang telah diolah
sampai gembur, dengan jarak tanam 75 x 75 cm dan dalam 30 cm.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Penyiapan Lahan
Di dalam pengolahan maupun penyiapan lahan, tanahnya harus gembur dan
lepas. Cara pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
pengolahan tanah setelah tanaman padi dan setelah tanaman sayuran.
Pengolahan tanah setelah tanam padi mulai dengan pembabatan jerami. Jerami
tersebut kemudian ditumpuk kemudian di bakar. Tanah dibiarkan beberapa hari,
baru kemudian dicangkul, dihaluskan dan dibuat bedeng-bedengan dan
pemupukan dasar. Pengolahan tanah jika talas di tanam setelah tanaman
sayuran, dilakukan dengan menyiangi gulma, mencangkul, membuat bedengbedengan
dan pemupukan dasar.
2) Pembentukan Bedengan
Talas biasanya ditanam dalam dua baris di bedengan selebar 1,2 m, sedangkan
panjang bedengan disesuaikan dengan lebar petakan lahan dengan jarak 45 cm
atau berkisar 70 x 70 atau 50 x 70 cm atau kombinasi yang lain.
3) Pengapuran
Talas dapat tahan terhadap tanah basah tetapi tidak mendapatkan hasil tinggi,
tanah harus gembur dan lepas. Tanah yang bergambut sangat baik, tetapi harus
harus diberi 1 ton/ha kapur bila pH nya di bawah 5,0.
4) Pemupukan
Pemupukan talas dapat dilakukan dengan pupuk kandang atau pupuk buatan
seperti urea, TSP dan KCl atau campuran ketiganya. Jumlah pupuk yang
diberikan tidak banyak, cukup 2 sendok saja (untuk pupuk buatan) dan dua
genggaman untuk pupuk kandang untuk satu tanaman. Setelah di pupuk, di
atasnya kemudian ditambahkan tanah yang dicampur dengan jerami.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Jarak tanam talas adalah 75 x 75 cm dan dalam 30 cm atau 70 x 70 cm atau 50 x
70 cm. Keragaman jarak tanam ini biasanya disesuaikan dengan kondisi tanah
dan keadaan musim. Penanaman di lahan sawah cenderung menggunakan jarak
tanam yang lebih rapat dari musim hujan. Hal ini dikarenakan pada musim panas
penyinaran cahaya matahari dapat berlangsung sepanjang hari sehingga dengan
jarak tanam yang rapat pun kelembaban udara di sekitar tanaman tetap optimum.
Jika pada musim hujan digunakan jarak tanam yang rapat maka tanaman akan
kurang menyerap sinar matahari dan kelembaban di sekitar tanaman menjadi
tinggi. Hal ini akan meningkatkan resiko serangan penyakit.
2) Cara Penanaman
Penanaman talas sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan atau bila curah
hujan merata sepanjang tahun. Cara penanaman bibit talas, yaitu meletakkan bibit
talas tegak lurus di tengah-tengah lubang, kemudian ditimbun sedikit dengan
tanah agar dapat berdiri tegak. Penimbunan ini kira-kira 7 cm, sehingga lubang
tanam tidak seluruhnya tertutup oleh tanah.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiangan dan Pembubunan
Penyiangan biasanya dilakuakn pada umur 1 bulan setelah tanam. Penyiangan
perlu dilakukan agar tanaman bebas dari gangguan gulma yang dapat menjadi
pesaing dalam penyerapan unsur-unsur hara. Untuk memperoleh umbi yang
besar dan bermutu maka perlu penyiangan terhadap rumput-rumput liar di sekitar
tanaman. Pembubunan perlu dilakukan untuk menutup pangkal batang dan akarakar
bagian atas agar tanaman lebih kokoh dan tahan oleh terpaan angin.
Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
2) Pemupukan
Pemupukan dasar dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah yaitu
mencampur sebanyak 1 ton pupuk kandang/hektar. Sedangkan pemupukan
pertama dilakukan 1 bulan setelah bibit di tanam, yaitu dengan menggunakan
sebanyak 100 kg urea dan 50 kg TSP per hektar. Aplikasi pemupukan yaitu
dengan cara membuat lubang pupuk disamping lubang tanam 3 cm. Pemupukan
kedua dan ketiga dilakukan pada umur tanaman 3 bulan dan umur 5 bulan
masing-masing menggunakan urea sebanyak 100 kg per hektar. Aplikasi dapat
dilakukan dengan membuat larikan disamping baris tanaman sejauh 7 cm pada
pemupukan umur 3 bulan dan 10 cm pada pemupukan umur 5 bulan.
3) Pengairan dan Penyiraman
Talas membutuhkan tanah yang lembab dan cukup air. Sehingga bila tidak
tersedia air yang cukup atau mengalami musim kemarau yang panjang, tanaman
talas akan sulit tumbuh. Musim tanam yang cocok untuk tanaman talas ini ialah
menjelang musim hujan, sedangkan musim panen bergantung kepada kultivar
yang di tanam.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
a) Serangga aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae)
Baik nimfa maupun dewasa yang bersayap dan tidak bersayap mengisap cairan
daun. Gejala: daun menjadi agak keriting. Aphis mengeluarkan cairan madu, yang
dapat menarik semut. Serangga ini tersebar di seluruh dunia kecuali di daerah
dingin seperti di Siberia dan Kanada. Selain talas hama ini juga menyerang melon,
timun, labu-labuan serta kapas. Pengendalian: dengan insektisida pada tanaman
talas dinilai kurang ekonomis, kecuali apabila tingkat serangan sangat tinggi pada
tanaman muda. Insektisida yang digunakan adalah carbaryl, diazinon dimetoat
dan malation cukup efektif untuk mengendalikan hama tersebut.
b) Ulat heppotion calerino (Lepidoptera: Sphingidae)
Gejala: ulat berukuran besar dan sangat rakus yang dapat memakan seluruh helai
daun, bahkan populasi tinggi dapat makan pelepah daun juga, sehingga tanaman
menjadi gundul. Selain talas ulat juga merusak tanaman kacang hijau, ubi jalar
dan gulam. Serangga ini tersebar di negara-negara tropika dan sub tropika,
Australia dan Pasifik. Pengendalian: mengambil dan memusnahkan ulat tersebut.
Selain itu, karena kepompong berada di dalam tanah, maka pembajakan lahan
setelah panen dapat memusnahkan hama tersebut. Usaha pengendalian dengan
insektisida telah dilakukan di Papua Nugini yaitu dengan Carbaryl jika kerusakan
mencapai 50 %.
c) Serangga agrius convolvuli (kupu-kupu: Sphingidae)
Serangga ini tersebar di Afrika, Australia, Bangladesh, Burma, Cina Selatan,
Eropa Selatan, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, kepulauan-kepulauan di
pasifik dan Papua Nugini (Anonymous, 1986). Ulat yang berukuran a populasi
yang tinggi, ulat juga makan tangkai daun sehingga tanaman menjadi gundul.
Selain tanaman talas ini juga merusak kacang hijau, ubi jalar dan gulma
(Kalshoven, 1931). besar sangat rakus memakan daun. Defoliasi dimulai dari tepi
daun. Pengendalian: kepompong terbentuk di dalam tanah, maka pembajakan
tanah setelah panen dapat memusnahakan hama tersebut. Selain itu pengambilan
ulat dan memusnahkannya merupakan cara pengendalian yang efektif untuk areal
kecil. Usaha pengendalian dengan insektisida yang efektif hendaknya dilakukan
pada saat ulat masih kecil dengan carbaryl 0,2 % (Anonymous, 1986).
d) Serangga tarophagus proserpina (Hemiptera: Delphacidae)
Gejala: serangga dewasa dan nimfa mengusap cairan pelepah daun, sehingga
warnanya berubah menjadi coklat. Serangga ini tersebar di kepulauan Pasifik,
Hawai, Indonesia, Philipina, Kepulauan Ryuku dan Quensland. Pengendalian:
diintroduksikan sejenis pemangsa yaitu Cyrtorthinus pulus atau dengan serangga
yang dinilai efektif untuk mengendalikan hama tersebut yaitu carbaryl, malation,
dan tri-chlorform.
e) Serangga bemisia tabaci (Hemiptera: Aleurodidae)
Serangga ini tersebar di daerah tropika dan sub tropika. Nimfa dan dewasanya di
permukaan bawah daun, dan mengisap cairan daun. Gejala: pada serangan yang
berat daun menjadi kering, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil.
Selain talas, B. tabaci juga menyerang tanaman kedelai, ubi kayu, terungterungan
dan kacang-kacangan lain. Pengendalian: menggunakan cabaryl,
malation, dan tri-chlorform.
f) Ulat spodoptera litura (kupu-kupu: Noctuidae
Gejala: daun yang terserang oleh kelompok ulat yang masih kecil akan kehilangan
lapisan epidermisnya sehingga menjadi transparan, dan akhirnya kering. Ulat
yang lebih besar akan tersebar dan masing-masing makan daun. Defoliasi yang di
sebabkan ulat yang besar mirip dengan kerusakan yang disebabkan oleh Agrius
convolvuli. Selain talas ulat juga menyerang tanaman jarak, tembakau, tomat,
jagung, ubi jalar, kubis, cabe dan kacang-kacangan. Diantara inang tersebut, daun
talas yang paling disukai, oleh karena itu dapat dimanfaatkan sebagai media
pembiakan massal ulat tersebut untuk tujuan penelitan. Pengendalian: dengan
insektisida dilakukan apabila kerusakan telah mencapai 50 % dengan insektisida
carbaryl dan dichorvos. Selain itu monokrotofos, kuinalfos dan endosulfan juga
efektif untuk mengendalikan S. litura. Pengendalian lebih efektif jika dilakukan
pada saat ulat masih kecil.
g) Serangga tetranychus cinnabarinus (Acarina: Tetranichidae)
Gejala: helai daun yang terserang nampak bintik-bintik putih atau kuning, karena
serangga tersebut mengisap cairan daun. Apabila populasi sangat tinggi daun
kelihatan memutih, kemudian layu dan mati. Apabila diamati nampak banyak
sekali tunggau yang berwarna merah terletak di permukaan bawah daun. Tunggau
disebarkan oleh manusia dan angin. Pengendalian: pestisida azodrin, caerol,
galecron, plictron, omite dan trition. Galecron dan plictron mempunyai residu yang
panjang dan juga sebagai ovisida. Fungisida dapat juga untuk mengendalikan
tungau yaitu Du Ter dan benlate.
h) Hepialiscus sordida (kupu-kupu: Hepialidae)
Gejala: daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis tengah 5-10 cm,
dan di isi oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh umbi terserang sehingga
tinggal pangkal batangnya saja, sehingga tanaman mudah di cabut. Tanaman
yang terserang pertumbuhannya agak kurang tegar dibanding dengan tanaman
sehat. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini cukup besar pada lahan kering.
Serangan meningkat apabila petani menggunakan pupuk kandang.
Pengendalian: belum ada.
7.2. Penyakit
a) Penyakit hawar daun(Phytophtora colocasiae)
Gejala: terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian membesar menjadi
hawar. Bagian daun yang terserang mengering, pada serangan berat seluruh
daun mengering. Pengendalian: menanam varietas tahan. Penyaringan klon-klon
merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan varietas.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pemanen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan, tetapi ada yang
memanennya setelah berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang 4-5 bulan sudah
dapat dipanen; sebagai contoh: talas genjah masak cepat, talas kawara 5 bulan, dan
talas lenvi dan talas dalam. Misalkan di kota Bogor ada talas bentul, dipanen setelah
berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda
dan kekuning-kunigan dan masih ada lagi talas-talas lain, seperti: talas sutera yang
dipanen pada umur 5-6 bulan, yang umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapat
berukuran sedang sampai besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor
(talas mentega atau talas gambir, talas ketan, dan talas balitung).
8.2. Cara Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon talas dicabut
dan pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari pangkal umbi serta akarnya
dibuang dan umbinya di bersihkan dari tanah yang melekat.
8.3. Periode Panen
Masa panen talas perlu mendapat perhatian yang cermat sebab waktu panen yang
tidak tepat akan menurunkan kualitas hasil. Panen yang terlalu cepat akan
menghasilkan talas yang tidak kenyal dan pulen, sebaliknya jika panen terlambat
akan menghasilkan umbi talas yang terlalu keras dan liat. Talas pada lahan sawah
dirotasikan dengan tanaman padi dan jenis sayuran lainnya. Tanaman padi ditanam
satu atau dua kali pada saat musim hujan yaitu sekitar bulan September sampai
Januari. Pada musim kemarau (bulan Februari sampai Mei) lahan sawah ditanami
sayuran kemudian talas sampai bulan Desember atau Januari.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau
oleh angkutan.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi talas sebenarnya dapat dilakukan pada saat
pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi talas dapat dilakukan setelah
semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan
untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta
yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garisgaris
pada daging umbi.
9.3. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan umbi talas bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama
dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri dikemas dan
dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap
segar.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Analisis biaya budidaya talas hasil wawancara ke lapangan usaha budidaya talas
(Bapak Enju, Balumbang Jaya - Bogor). Menurut Bapak Enju di desa Balumbang
Jaya RT. 01/IX Bogor:
a) Usaha budidaya talas sangat menguntungkan, karena tidak banyak pekerjaan
dalam mengurusi tanaman talas.
b) Tanah yang telah diolah, didiamkan selama beberapa hari, kemudian baru di
tanam talas.
c) Tanaman talas menpunyai jarak tanam 60 x 60 cm dan di buat bedengan.
d) Pemupukkannya menurut Bapak Enju dilakukan setelah talas berusia 3 bulan.
e) Penjualan tanaman talas dilakukan melalui tengkulak kebun tanpa menjualnya lagi
kepasar.
f) Dalam waktu 7 bulan talas berproduksi 1 kali, Rata-rata produksi 5000 batang.
Analisis usaha budidaya tanaman talas dengan luas lahan 400 m2 dalam satu musim
tanam (7 bulan) di daerah Bogor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan (400 m2) Rp. 200.000,-
2. Bibit: 5.000 batang @ Rp. 150,- Rp. 250.000,-
3. Pupuk
- Urea: 10 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 15.000,-
4. Pestisida
- Pembasmi serangga (Diodan) 1 botol Rp. 25.000,-
5. Peralatan
- cangkul Rp. 20.000,-
6. Tenaga kerja
- Mencangkul lahan 3 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 30.000,-
- Menanam bibit 2 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-
7. Panen dan pasca panen
- Panen 2 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 580.000,-
b) Pendapatan : 5000 batang @ Rp. 200,- Rp. 1.000.000,-
c) Keuntungan Rp. 420.000,-
d) Parameter kelayakan usaha
1. B/C Ratio = 1,724
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Selama ini masyarakat mengenal talas sebagai makanan pangan
pengganti/tambahan dalam keadaan darurat atau untuk konsumsi masyarakat
bawah. Akan tetapi saat ini potensi talas cukup baik yang dapat digunakan sebagai
bahan baku industri pakan. Begitu pula permintaan konsumsi lokal yang tiap
tahunnya meningkat.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar produksi meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan dan cara pengemasan.
11.2.Diskripsi
…
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
…
11.4.Pengambilan contoh
Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung dengan
maksimum maksimum 30 karung. Pengambilan contoh dilakukan beberapa kali,
sampai mencapai berat 500 gram. Contoh kemudian disegel dan diberi label.
Petugas pengambil contoh harus orang yang telah berpengalaman atau dilatih lebih
dahulu.
11.5.Pengemasan
Dibagian luar kemasan ditulis dengan bahan yang tidak mudah luntur, jelas terbaca,
antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Nama barang atau jenis barang.
c) Nama perusahaan atau eksportir.
d) Berat bersih.
e) Berat kotor.
f) Negara/tempat tujuan.
12. DAFTAR PUSTAKA
a) C.N, Williams. Produksi sayuran di daerah tropika. - Yogyakarta Gajah Mada
University Press, 1993.
b) Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Ubi-ubian.- Bogor : Balai Pustaka, 1977.
c) PROSEA. Menyiasati lahan dan iklim dalam pengusahaan pertumbuhan jenisjenis
tanaman terpilih. – Bogor : PROSEA, 1994.
d) Rahmanto, Fajar. Skripsi. Teknologi pembuatan keripik simulasi dari talas Bogor
(Colocasia esculenta (L) SHOTT). - Bogor : Fateta-IPB, 1994.
e) Herawati, Lilis. Skripsi. Analisa rugi laba dan marjin tatniaga talas (Colocasia
esculenta (L.) Schott) (Studi kasus di Desa Sukaharja Kecamatan Cijeruk
Kabupaten Bogor). - Bogor : Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Pertanian-Fakultas
Pertanian-IPB, 1997.
f) Fatah, Zainal. Skripsi. Mempelajari pengaruh kadar amilosa pada pembuatan
ekstrudat talas (Colocasia esculenta (L.) SCHOTT).- Bogor : Fateta-IPB, 1995.
g) Rosmiatin, Enung. Skripsi. Prospek pengembangan talas talas (Colocasia
esculenta (L.) Schott) di Kabupaten Bogor serta proses pertumbuhannya pada
media casting. - Bogor : Jurusan Biologi-FMIFA-IPB, 1995.
Terimakasih udah membantu tugas saya sebagai Penyuluh Pertanian yang selalu harus menanbah ilmu pengetahuan
alhamdulillah....